---
Akhirnya, setelah berpikir dan bertanya sama orang-orang, gua deal juga beli harleynya Mas Wira. Dan memang harus punya dia, karena gua pernah nyobain waktu itu dan langsung jatuh cinta.
Done deal dilakukan di hari minggu, setelah penampilan standupfest, nego dilakukan dengan berlatarbelakang musik dari Orkes Pensil Alis.
Memang di hari kedua, Mas Wira udah ngomong, "Kita deal-dealan di Orkes Pensil Alis aja, biar bagus, di lagu 'kipas angit kesedot sampah'"
Negosiasi berjalan lancar, dengan sedikit perubahan dari harga awal gua lempar, sampai deal. Dan yap, gua akhirnya resmi memiliki 883.
Awalnya motor ini mau ditowing ke Jakarta, tapi gua bukan tipe yang gitu, anjay. Gua biasanya harus ngetes langsung ketangguhan motornya, dengan membawa langsung motor itu dari Purwokerto ke Ciputat.
Deal di hari minggu, selasa malem selepas gua ngonten, gua kepikiran untuk ngambil motor itu, karena selain kemarin, gua akan lama lagi jemput motor itu.
Langsung nanya Mas Wira apakah motornya ready dibawa ke Jakarta, setelah dapat lampu hijau, gua mesen tiket ke Purwokerto untuk hari itu juga
Jadi, jam 2 lewat gua pesen tiket kereta ke Purwokerto, jam 4 gua udah jalan ke stasiun, 05.40 kereta berangkat
karena belum tidur dari semalem, perjalanan ke purwokerto membuat gua cuma tidur doang, bener-bener tidur doang, bangun udah di Stasiun Purwokerto.
Dari stasiun, gua pesen grabcar ke Layana, buat sarapan, sekalian nunggu kabar Mas Wira udah bangun apa belum.
Setelah Mas Wira confirm bahwa dia udah bangun, gua berangkat ke rumah Mas Wira dianter Mas Wildan.
Kegiatan di rumah Mas Wira, seperti biasa, dipenuhi dengan obrolan-obrolan penuh isi (haha tapi beneran), ngobrol tentang dunia, dunia perkontenan, dunia otomotif, mostly tentang duniawi sih.
Motor masih di bengkel untuk pengecekan terakhir sebelum diberangkatkan ke Jakarta.
Menjelang malam, Mas Wira ngajak buat ke Layana, sekalian makan dan nunggu motor selesai. Di sana ketemu Toufi, temen gua orang Mali yang kuliah di Purwokerto. Ini orang lucu banget, orang Afrika tapi bisa bahasa ngapak, dia menguasai 5 bahasa.
Setelah mengobrol dengan orang-orang di Layana, Mas Wira ngajak untuk melihat motor dan sekalian gua bawa. Untuk pertama kalinya, gua melihat motor yang gua beli lagi. Harley Davidson Sporster 883.
Ini yang akan gua bawa pulang ke Jakarta.
Niat berangkat jam setengah 6, harus mundur karena telat bangun, jam 7 lewat gua baru berangkat ke Jakarta. Bangunin Mas Wira buat pamitan dan langsung tarik gas ke Jakarta.
Beberapa kali berenti di Minimarket buat dinginin mesin dan ngeroko, terus lanjut.
Persinggahan terakhir adalah tukang bakso di Cawang, karena gua juga laper dan ga tahan sama macetnya Bekasi.
Sampe di Ciputat sekitar jam setengah 5, disambut anak-anak yang baru kelar kelas konten kreator dan beberapa anak Bhinnekaone.
Ah sudah lama rasanya gua ngga bawa motor jauh-jauh. Kira-kira 9 jam perjalanan gua lalui. KANGEN BANGET MOTORAN. Perbedaannya hanya di cc motor, biasanya gua bawa astrea yang cuma 100cc, ini bawa motor 883cc. Ternyata bawa motor cc tinggi seru banget, bisa memotong waktu lebih banyak.
Peernya cuma pas macet, paha bagian dalam sangat-sangat terbakar, padahal gua udah pake celana jeans tebel hahaha. Resiko cc tinggi, mesin jadi panas.
Setelah sampe d studio dari purwokerto, gua bersih-bersih dan tidur sebentar, karena malem ada farewell anak Rombongan Sirkus, Bang Bani, yang mutasi ke Sumatera Utara. Itu pertama kali motor gua muncul di Rombongan Sirkus.
udah ah ceritanya sampe situ dulu, karena dia akan memberi gua cerita banyak. Semoga. hahaha.
0 Komentar