*Bachrul sedang mendengarkan R.E.M - Everybody Hurts
Akhir-akhir ini gua selalu mendengarkan musik, kapan pun dan di mana pun, kecuali lagi ada yang ngajak ngobrol. Banyak yang bilang gua lagi galau, jawabannya iya. Ada yang bilang gua lagi mengalihkan perhatian gua lewat musik, jawabannya iya. Ada yang bilang biar inget memori masa lalu, jawabannya iya. Semua jawaban yang masuk ke gua, semua gua iya kan. Karena memang benar adanya, gua dengerin musik untuk mengusir kesepian gua, gua dengerin musik buat mengingat kenangan, gua dengerin musik buat menghayati liriknya, gua dengerin musik buat ngedengerin instrumennya, gua dengerin musik buat menikmati suara indah vokalnya.
Tapi yang paling berkesan buat gua, adalah ketika temen gua bilang bahwa gua dengerin musik buat nangis. Gua tanya kenapa? Karena dia pernah liat gua nangis pas denger musik. Entah kapan dia ngeliatnya, tapi jawabannya iya. Gua akhir-akhir ini selalu nangis pada putaran musik tertentu, yang tentunya punya kekuatan magis, terutama buat gua. Tapi kenapa gua nangis? Karena ikatan lagu itu dengan diri gua kuat dan memori gua seakan memutar semua kenangan gua di masa lampau yang berkaitan dengan lagu tersebut.
Gua engga malu sama sekali saat temen gua tau gua nangis, karena sekarang memang gua sudah bersahabat dengan air mata. Untuk sekarang, gua selalu berterima kasih kepada air mata yang selalu membantu gua melegakan diri gua dari rasa yang gua gatau itu apa. Ketika gua merasa ada yang salah, gua akan mencari tempat kosong dan mulai denger lagu yang memorinya sangat kuat di gua. Apa yang gua rasa setelah denger musik? Gua merasa lega di dada gua, sesek yang ada mulai ilang. Tapi apakah mendengarkan musik dan menangis bikin masalah yang ada di diri gua selesai? Tidak, jawabannya tentu tidak. Tapi musik dan air mata setidaknya memberi diri gua waktu untuk rehat dari beban yang berat.
Kalau terlalu ramai dan engga memungkinkan gua denger musik, gua mulai mencoba cara lama gua ketika ada masalah, yaitu ajak ngobrol orang. Ngobrol apapun itu, yang penting gua bisa ngobrol dan engga kepikiran masalah itu. Apa bedanya ngobrol sama denger musik buat gua? Oke, sebenarnya bedanya engga jauh, bedanya cuma di air mata. Ketika gua denger musik dan kekuatan memori lagu itu kuat, gua akan menangis. Tapi kalau mengobrol? gua engga bisa mengeluarkan air mata, karena setiap gua bercerita, pasti akan ada selipan jokesentah oleh gua ataupun lawan bicara gua. Ini lah kenapa gua menemukan cara baru untuk diri gua mengobati rasa sesak di dada.
*Bachrul sedang mendengerkan Sky Ferreira - Easy
Gua sampe bela-belain buat beli ipod buat denger musik, pas pertama gua beli, banyak yang bilang "Ngapain lu beli ipod, padahal di hape lu ada musik juga". Oke, buat semua temen gua yang mengajukan pertanyaan ini, gua akan jawab ya.
Kenapa gua sampe beli ipod? Jawabannya karena gua engga mau ada yang ganggu gua ketika gua denger musik. Gua mau menikmati lagu itu, gua mau menikmati memori-memori yang ada di kepala gua tentang lagu itu. Kalau gua dengerin langsung dari hape, gua akan keganggu dengan chat masuk lewat whatsappataupun platformlain. Gua bahkan sekarang mulai berani untuk menahan orang ngobrol sama gua ketika gua denger lagu yang gua suka. "Bisa tunggu bentar?".
*Bachrul sedang mendengarkan Queen - Crazy Little Thing Called Love
*Bachrul benar-benar menulis sambil mendengarkan lagu yang ia tulis di atas.
Terima kasih untuk para pencipta lagu yang enak, tapi gua lebih mau berterima kasih sama seseorang yang sudah membuat gua membuat memori yang kuat tentang dia.
Di ipod gua, setiap lagu yang memiliki kekuatan memori yang mendalam gua ganti song picturenya. Biar memori itu semakin kuat dan gua semakin berani melawan memori itu, gua bukan mau melupakan memori itu, tapi gua mau membiasakan memori itu bersama diri gua. Biar memori ini tidak semena-mena ketika dirinya sudah besar nanti, gua engga mau dia malah mengganggu gua ketika gua udah siap dengan sesuatu yang baru, untuk saat ini memang gua harus mengumpulkan tenaga sekuat mungkin untuk melawan memori ini.
"Hai memoriku, bisa kah kita bersahabat untuk membantu Bachrul melanjutkan hidupnya?"
Gua tetep butuh memori itu, gua engga pernah mau melupakan apapun yang terjadi di masa lalu gua, entah baik atau buruk efeknya buat gua, karena gua tau, pada akhirnya gua akan mengikhlaskan semua memori itu dan mengambil pelajaran dari sana.
*Bachrul sedang mendengarkan Secondhand Serenade - Half Alive
Mungkin gua terlihat biasa saja ketika gua bertemu teman-teman gua, mungkin gua terlihat bahagia-bahagia saja ketika ngobrol, mungkin gua terlihat menyenangkan saja ketika gua bisa membuat mereka tertawa, tapi ketahuilah teman-teman dan gua yakin kalian pasti sudah tau, bahwa setiap orang punya titik lemahnya, titik di mana dia tinggal sendiri, tidak ada teman di sekitarnya, dia hanya bisa berdua dengan dirinya. Hanya dia dan dirinya yang bisa menyelamatkan dirinya dari bahaya di depan, yaitu terjebak dalam memori yang tidak bisa dikontrol.
Untuk saat ini, titik lemah gua adalah ketika gua mau tidur.
Ini juga alasan kenapa gua selalu begadang dan selalu tidur pagi. Karena diri gua masih terlalu kecil untuk melawan memori itu, gua masih butuh beberapa bulan lagi untuk siap melawan memori itu dan berdamai dengannya.
Memori gua selalu balik ketika gua mau tidur, ini yang bikin gua takut, bahkan beberapa minggu lalu, gua sampai cari cara biar bisa langsung tidur. Gua tidur selalu di atas jam 6 pagi, menghindari memori itu datang. Awalnya gua pikir ketika gua tidur lebih siang, memori itu tidak datang, ternyata tetap datang. Akhirnya sekarang gua tidur selalu ditemani headphone gua di kepala dan mendengarkan musik. Menenangkan diri.
*Bachrul sedang mendengarkan Steven Coconut - Enggan
Makanya, kenapa tulisan ini gua kasih judul bersahabat dengan musik dan air mata. Jawabannya adalah karena saat-saat ini gua tidak bisa terpisahkan dari dua itu, musik dan air mata.
Kenapa gua mengalihkan semua ini ke musik?
Jujur jawabannya cuma satu, karena yang membuat memori ini suaranya sangat indah.
Terima kasih untuk kamu sudah menciptakan memori ini.
Saya tidak pernah menyesal.
Bachrul Alam
1 Komentar
Hei, tidurnya diatur lagi ya!
BalasHapus