Setelah gua pikir-pikir memang lebih mending teh manis panas, karena teh manis panas tidak akan kehilangan apapun jika didiamkan lama kecuali panasnya. Tapi kalau es teh manis, selain dinginnya yang berkurang, manisnya pun berkurang karena watery atau es di dalamnya meleleh dan berubah menjadi air. Kalau gua kadang beli teh manis panas, terus gua lupa minum, keasikan main game, pas udah setengah baru gua tambah es lagi. Jadi lah es teh manis. I got two things.
Oke, cukup intronya untuk tulisan ini.
Semoga jadi pada suka teh manis panas yaa.
Yang mau gua bahas di sini adalah tentang sikap orang jika tidak suka dengan seseorang namun dia tidak menunjukkan sikap itu, hanya bersikap seakan tidak ada apa-apa. Oke, jadi semua yang gua tulis ini adalah buah dari pemikiran gua, jadi kalau ada yang engga setuju, it's okay, let's talk.
Di Afghanistan, ada seorang anak muda bernama Ani, dia mempunyai teman bernama Nani. Suatu hari Ani engga suka sama Nani karena dia terlalu keras kepala, Ani menyimpan semua kesalnya dan berkata ke temannya yang lain. Lalu, ketika Ani bertemu dengan Nani, Ani tetap bersikap seperti tidak kesal. Nani pun bersikap biasa saja, karena Nani tidak tau kalau Ani tidak suka dengannya. Selesai bertemu Nani, Ani pun tetap kesal dan berkata lagi ke temannya tentang hal buruk itu.
Ada lagi, di sebuah RT di benua antartika, hidup lah Tomi, seorang mahasiswa dari UA (Universitas Antartika). Dia berkuliah di jurusan teknik membuka tutup botol, satu kelas berisi 2 orang, Tomi dan Angklung. Jangan ketawa, itu nama aselinya, Ahmad Angklung Mania. Di kampus itu tidak ada dosennya, kampusnya mempunyai sistem belajar sendiri, namun tetap harus absen di meja dosen.
Suatu hari, Tomi ingin menitip absen sama si Angklung karena dia akan melakukan studi banding ke Thailand, meneliti tokek Thailand, namun Angklung adalah orang yang mempunyai prinsip tidak akan berbohong pada siapapun. Karena Tomi merasa Angklung tidak mau membantu, akhirnya Tomi kesal ke Angklung. Setiap Tomi membuka instagram, igstory Angklung selalu paling kiri, memang followingnya cuma dia. Tomi jengah dengan postingan Angklung, akhirnya Angklung di-hide. Suatu hari, mereka masuk kelas, Tomi memasang muka biasa saja, tidak ada rasa kesal. Padahal dalam hati Tomi sangat kesal. Angklung mah biasa aja, karena dia engga tau kalau Tomi menyimpang kesalnya.
Dari dua contoh di atas, yang gua ingin sampaikan adalah mengapa kita harus tidak jujur terhadap emosi kita di depan teman kita/ lingkungan kita. Padahal mereka itu berteman, main bareng, masih satu lingkungan, tapi salah satunya fake dengan menyimpan kesalnya dari temannya yang lain. Kita bisa ngomong dengan baik-baik, akhirnya tidak harus memasang muka yang berbeda lagi. Saat saya gunakan kata fake, pacar saya tidak setuju, itu karena mereka bisa menyembunyikan emosinya di depan teman. Lalu, untuk apa menyembunyikan?
Kecuali orang yang kita kesal itu orang yang baru aja kita temuin, contoh kita mesen gojek, pas abang gojeknya dateng, abangnya bau oli rem, nah itu bebas mau nyimpen keselnya, ya kemungkinan bertemu sama dia lagi kan kecil, jadi yaudah biarin.
Tapi kalau teman/ lingkungan yang akan kita temui engga hanya sekali, kenapa tidak jujur? Biar sama-sama tau. Kalau menyimpan kesal tanpa kasih tau orang yang bersangkutan, akan menjadi berat sebelah, pihak sana engga tau. Kalau kita ngomong ke mereka kan enak, kalau mereka bisa intropeksi diri, itu bagus, atau mereka bisa jaga jarak juga ke kita. Jaga jarak menurut gua engga bakal bikin pertemanan retak, yang penting hanya membatasi aktivitas dengan orang tersebut. Biar kekesalan mereka tidak terus meletup pada kita.
Gua mikirnya, kalau kita engga ngomong kalau kita engga suka, kita yang rugi. Karena akan ada yang berkurang dari kita, yaitu niat ketika kita membantu orang tersebut.
Contoh pada kasus Tomi dan Angklung, karena Tomi tidak suka dengan Angklung, akhirnya setiap Angklung minta bantuan kepada Tomi, Tomi akan melakukannya dengan kesal, sebaliknya, kalau Tomi minta bantuan kepada Angklung, Angklung melakukannya ikhlas karena membantu. Jelas ini tidak merugikan siapapun, hanya mengurangi nilai dari niat mengerjakannya.
Maka, kata-kata yang tepat untuk contoh Tomi dan Angklung adalah.
"Jangan menjadi budak untuk orang lain. Lakukan lah karena kamu mau, bukan karena orang lain"Kalian tau budak kan? Mereka di suruh itu patuh pada perintah, tapi di belakang tetep ngedumel. So, buat kita yang masih diem-diem aja sama temen yang kita kesel, apa mau terus-terus jadi budak untuk orang itu?
Terima kasih.
Alam.
I Love you, All.
0 Komentar