Review The Meg (2018)

Untuk pertama kalinya, Bachrul Alam me-review film bersama seorang wanita, namanya Sasa.

Memutuskan untuk nonton The Meg 3 hari sebelumnya, karena gua nonton trailernya keren banget, tentang hiu dan divers, kebetulan gua suka yang kelaut-lautan, nama gua kan Bachrul, bisa diartiin laut juga loh, dalam bahasa Arab.

Ah ini mah cocoklogi aja dari gua, sebenarnya penasaran sama filmnya, udah beberapa temen gua nonton film ini dan ngasih review yang bagus, akhirnya gua dateng ke bioskop untuk membuktikan apakah memang seseru itu. Hmmmm. Bachrul si tidak percaya review orang.

Sekali lagi, gua ingatkan, di review ini akan ada spoiler, jadi yang tidak suka ada spoiler di hidupnya, bisa cabut dari postingan ini dan bisa baca postingan blog gua yang lain.

Oke.


Film ini bermula dari suksesnya seorang ahli penyelam dan juga kapten angkatan laut yang bernama Jonas Taylor (Jason Statham) menyelamatkan beberapa orang di Palung Mariana, namun juga sebuah kegagalan baginya sudah meninggalkan crewnya di bawah sana, karena menghadapi sebuah ancaman yang tidak terduga, akhirnya membatalkan misinya dan kembali ke daratan.

Kita yang nonton film itu akan tau ancaman bentuk apa yang Jonas terima, tapi film itu tidak menunjukkan Megalodonnya, sampai mungkin setengah filmnya, jadi dibuat tidak terlihat, dibuat kita penasaran sebenarnya Megalodon di film ini kaya gimana sih, karena sebelum film ini ada beberapa film tentang Megalodon, contohnya, Megalodon pada tahun 2002.

Namun, mungkin sesuai ekspektasi, Megalodon pada film ini sangat hampir mirip dengan yang aseli, ini bukan kata-kata gua, tapi kata-kata ahli Megalodon, Sasa baca di website berbahasa Inggris. Gua juga terpesona sih liat Megalodonnya, gede banget, kaya Senayan. Ada yang CFD.

Gua awalnya ngira ini film tentang mantan presiden Indonesia yang berhasil menjadi presiden pertama berkelamin beda dengan presiden lainnya, tapi ternyata bukan, ya walaupun sama-sama ganas sih pemeran utamanya. Bedanya, yang satu mengoyakan daging-daging segar, yang satu lagi mengoyakan..... Ya lu jawab sendiri aja dah, ini bukan blog politik untuk bikin isu. Haha.

5 tahun dari insiden itu, Jonas Taylor dipanggil kembali untuk menyelamatkan 3 orang awak kapal selam yang masuk ke dasar laut sejauh kira-kira 12.000 kaki, pokoknya mereka harus menembus semacam lapisan yang memisahkan antara laut atas dengan laut bawah (ini ibaratnya ya, soalnya gua lupa nama lapisannya itu apa). Tapi sebelum Jonas dipanggil, ada satu orang anggota dari underwater research facility yang dibiayai oleh Jack Morris (Rainn Wilson) dan diurus oleh Dr. Minway Zhang (Winston Chao) yaitu Dr Heller (Robert Taylor).

Kenapa Dr Heller tidak setuju?
Di awal film diceritakan alasan ketidaksetujunya Dr Heller terhadap rekruitmen kembali Jonas Taylor ini, karena pada 5 tahun silam, yaitu saat insiden di Palung Mariana, Jonas meninggalkan crew dengan tiba-tiba tanpa diskusi, mungkin jika sempat berdiskusi mereka sudah mati dihancurkan oleh sesuatu yang penonton tau itu adalah Megalodon. Ternyata, dari banyaknya anggota kapal selam yang melakukan ekspedisi di Palung Mariana, salah satunya adalah Dr Heller. Dia juga sempat menahan Jonas untuk tidak meninggalkan crew-crew lainnya, namun Jonas bersikeras untuk tetap pergi meninggalkan crew itu.
Jadi wajar kalo Dr Heller menolak kembalinya Jonas ke tim.

Namun, karena kalah jumlah, akhirnya Jonas dibujuk untuk bergabung ke tim ekspedisi yang sudah berubah menjadi tim penyelamat 3 orang yang tenggelam di bawah.

Awalnya menolak, namun pada akhirnya Jonas mau karena salah satu awak kapal yang tenggelam adalah mantan istrinya.

Disitulah petualangan mulai seru.

Lanjutnya bisa lu tonton ya, kalo gua ceritain semua, tulisan ini enggak bakal ada di blog gua, tapi ada di lk21.

Rating gua untuk film The Meg ini adalah 6.8 (Setelah berdiskusi panjang dengan Sasa)

Visualnya bagus, jalan ceritanya juga menarik, bagaimana Megalodon sang Raksasa laut tidak ditunjukkan di awal-awal film membuat penonton penasaran bagaimana wujudnya.

Tapi sayangnya plot twist yang diberikan tidak terlalu dalam, orang awam pun masih bisa menebak kemana jalan ceritanya, kalo kata orang sekarang mah, engga ngetwist-twist amatdah. 

Yang bikin gua dan Sasa akhirnya menaruh angka 6.8 adalah karena kurang masuk akal di beberapa scene, walaupun sudah coba dijelaskan dengan ilmiah. Contohnya, saat Jack Morris mencoba membunuh Megalodon sendirian dengan bom laut, dari tampak atas helikopter, ikan yang mau dibunuh oleh helikopter tersebut sangat besar (seukuran Megalodon), namun pada saat dibunuh, ternyata itu adalah Paus, karena tidak memiliki gigi saat seorang ingin mengambil giginya untuk hiasan Jack Morris itu. Seharusnya jika memang itu paus, sudah dimangsa oleh Megalodon seperti ikan-ikan besar yang lain di scene sebelumnya.

Contoh kedua, Megalodon datang ke dekat pantai, digambarkan di film tersebut laut itu sangat dalam, bahkan belum jarak 500 meter, kedalaman laut sudah sangat dalam. Biasanya pantai yang diperbolehkan berenang tidak terlalu dalam lautnya, namun di film ini digambarkan sangat dalam dan banyak sekali perenang yang berenang, bahkan anak kecil.

Contoh ketiga, contoh yang masih diperdebatkan sama gua dan Sasa adalah cepatnya Megalodon  beradaptasi dengan suhu, tekanan dan lain-lain. Padahal suhu dan tekanan di bawah laut (di bawah lapisan yang tadi gua bilang) berbeda dengan di permukaan laut (Di atas lapisan). Karena tidak selang begitu lama ketika Jonas menyelamtkan awak kapal, Megalodon datang ke atas dan mengoyak-ngoyakkan laut. Kalo memang Megalodon sangat cepat beradaptasi, berarti contoh ketiga tidak termasuk.

Jadi segitu aja review film The Meg dari gua dan Sasa.
Jikalau ada yang kurang setuju atau bahkan bertentangan, silahkan komen di kolom komentar.

Tapi tetep film ini sangat layak untuk ditonton, terlepas dari beberapa scene yang menurut gua kurang masuk akal.

Budayakan menonton di bioskop daripada bajakan, untuk menghargai karya!

Thanks semua.

I love you.

Posting Komentar

0 Komentar