Arti perjuangan meurut gua

Gua kenal perjuangan dari pesantren, bagaimana memperjuangkan diri gua untuk tetep berada di pesantren, walaupun beberapa sifat gua memberontak untuk cabut dari pesantren, sifat gua yang ngga mau dikekang oleh peraturan dan disiplin, sifat gua yang mau bebas. Semua gua perjuangin selama 6 tahun, semua gua pelajari 6 tahun, tapi pada akhirnya gua bisa melewati semuanya.
Berakhir di bangku wisuda pesantren, yang diidam-idamkan oleh semua anak pesantren di seluruh dunia. Dengan predikat Jayyid Jiddan, lumayanlah. Haha.
Setelah keluar pesantren atau menjadi alumni, semua perjuangan menjadi pelajaran buat gua, banyak banget. Mulai dari ngantri, di pesantren gua ngantri buat apapun, APAPUN. Mau mandi pun ngantri, mau makan pun ngantri, bahkan untuk BAB pun kita ngantri. Untuk ngantri pun kita harus baris, pasti.

Semua perjuangan gua tidak sia-sia, mungkin gua akan menyesal kalau gua engga sampe di bangku wisuda dan dinobatkan menjadi salah satu santri pondok pesantren yang berhasil melewati 6 tahun program yang dirancang oleh pondok itu.
Gua ngga ngerasain penyesalan itu tapi gua melihatnya.
Gua melihat beberapa orang yang menyesal keluar dari pesantren lebih awal dari waktu yang ditentukan, entah karena ngga betah, atau karena banyak masalah atau bahkan karena di DO. Semua penyesalan itu engga gua liat langsung pas gua wisuda tapi gua lihat setelah 4 tahun gua lulus pesantren dan balik lagi kesana untuk melihat wisuda ade kelas gua dan gua melihat wajah-wajah ade kelas gua yang engga sempet merasakan bangku wisuda. Wajah mereka menunjukkan penyesalan.
Apakah gua merasa menyesal? Gua menyesal melihat mereka menyesal. Seharusnya gua engga tau itu semua, tapi semua itu terlihat jelas di wajah mereka. Walaupun mereka tutupi dengan canda tawa, tapi gua yakin dalam hati mereka ,mereka mikir, “Gila, seharusnya gua duduk disitu”
Untuk apa menyesali semua? Sudah terlambat. Tugas kita adalah menjadikan semua itu pelajaran untuk ke depannya.
Orang yang keluar dari pesantren pun engga serta merta mereka bebas dari perjuangan, mereka bahkan lebih berjuang untuk menghindari pergaulan bebas yang lebih deras arusnya dari di pesantren, walaupun di pesantren pun masih ada.
Perjuangan akan selalu dihargai, apapun bentuknya.
 Jangan berhenti berjuangan sampai kita dipanggil sang Maha kuasa. Karena itu artinya perjuangan kita berakhir.
Perjuangan gua engga berhenti sampe pesantren, gua mulai masuk dunia perkuliahan. Yang mana perjuangan gua akan terus diuji dan terus diasah. Gua Alhamdulillah masuk UIN lewat jalur SBMPTN. Banyak yang harus gua perjuangkan, nilai IPK, karir gua nanti setelah wisuda, itu semua harus gua perjuangin dan gua pikir mateng-mateng dari awal kuliah.
Maka, selama kuliah gua menjaga IPK gua untuk tetep stabil walaupun mungkin cenderung kecil untuk ukurang nyokap gua (menurut nyokap gua IPK gua yang sekarang kecil, menurut bokap what the hell)
Gua mulai memikirkan karir gua, apakah yang akan gua lakukan setelah gua lulus? Apakah ngikutin arus kuliah gua, yaitu jadi guru? Mungkin, tapi gua juga mau coba peruntungan di dunia lain, entah dunia komedi atau videografi. Apapun itu gua harus tetep berjuangan untuk ke depannya.
Satu lagi, gua belajar perjuangan dari seorang teman. Seorang teman yang sangat lucu, yang sangat gua suka komedinya, dia adalah JUPRI.
Teman gua ini memperlihatkan perjuangannya untuk masuk SUCI di kompas tv. Perjuangannya yang serius berbuah manis pada 2017, dia berhasil masuk SUCI 7, walaupun harus kandas di 7 besar, tapi dia tetep member gua pelajaran tentang arti perjuangan.
Terus berjuang, Jup!

Posting Komentar

0 Komentar